Berani atau Mati?




Orang menjadi berani ketika mereka menghadapi masalah. Orang juga menjadi berani ketika harus menghadapi risiko. Keberanian juga muncul ketika orang harus menghadapi bahaya. Jika keberanian tidak ada, maka masalah tidak terpecahkan, risiko harus ditanggung, dan bahaya dapat menyebabkan jiwa melayang. Jadi, pilihannya hanya dua: Berani atau Mati. Mana yang Anda pilih. Jika Anda pilih yang pertama, silakan baca terus artikel berikut.

MENGAPA KEBERANIAN DIPERLUKAN?

Keberanian telah terbukti memberikan banyak keuntungan bagi banyak orang, sehingga tidak perlu diragukan lagi bahwa memang setiap orang memerlukan keberanian.
Ada Keberanian, Ada Masa Depan. Ketika artikel ini sedang ditulis, di salah satu stasiun TV swasta sedang diputar sebuah film berkualitas Oscar, Sophie’s Choice. Dalam film tersebut, diceritakan bahwa sang tokoh utama Sophie memilih untuk tunduk pada rasa takutnya akan masalah yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya, Sophie memutuskan untuk mengakhiri saja kehidupannya. Rasa takut Sophie berhasil membunuh masa depannya. Tidak demikian dengan Helen Keller, yang walaupun dilanda berbagai kekurangan fisik (buta, tuli, dan bisu), Helen berani menghadapi tantangan hidup. Ia percaya bahwa kesulitan sifatnya sementara saja dan pasti dengan ketekunan bisa dikalahkan. Upaya Helen mengalahkan ketakutan akan kendala fisiknya membuahkan masa depan yang gemilang: Helen berhasil dalam pendidikan (ia berhasil lulus dari pendidikan tinggi), dan karier sebagai penulis dan pembicara di berbagai seminar, pertemuan.
Dengan demikian, Helen tidak hanya dapat menikmati masa depannya sendiri, tetapi juga bisa membagi masa depannya sebagai inspirasi positif bagi orang lain, bahkan setelah ia mati sekalipun. Hal serupa juga dialami oleh Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris yang gagah berani melawan berbagai kesulitan dan kegagalan dalam dunia politik. Keberaniannya untuk bangkit kembali setelah beberapa kali gagal dalam pemilihan, akhirnya membawa Churchill kepada kemenganan yang gemilang: Chuchill berhasil menduduki pucuk pimpinan di negaranya—sebagai Perdana Menteri Inggris.
Ada Keberanian, Ada Perubahan. Bagaimana jika Thomas Alva Edison tidak memiliki keberanian untuk berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil menemukan bola lampu? Bagaimana jika Soekarno dan Hatta tidak memiliki keberanian untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945? Apa yang kiranya akan terjadi jika Wright bersaudara takluk pada rasa takut mereka untuk mencoba mencari cara untuk menerbangkan pesawat udara yang pertama? Yang jelas, jika mereka semua tunduk pada rasa takut gagal, takut mati, takut bereksperimen, saat ini mungkin sekali kita belum bisa menikmati penerangan lampu, masih hidup dalam era penjajahan, dan masih menggunakan kapal layar untuk menyeberang benua. Singkatnya, tanpa adanya keberanian tak akan pernah ada perubahan, tak akan pernah ada inovasi baru yang bisa memberi berbagai kemudahan pada kita, dan yang membantu kita meraih cita-cita.

DARI MANA DATANGNYA KEBERANIAN?


Jika kita sudah yakin bahwa memang keberanian diperlukan untuk memulai melangkah ke masa depan dan memulai aksi untuk menggulirkan perubahan positif tidak hanya untuk kita sendiri tapi juga untuk orang lain, maka yang berikutnya yang perlu kita ketahui adalah sumber keberanian.
Dari hati nurani. John C. Maxwell berpendapat bahwa keberanian yang dahsyat dan bertahan lama umumnya tumbuh dari dalam, sebagai jawaban dari pergumulan batin seseorang. Sheldon Kopp, seorang ahli psikoterapi, menambahkan bahwa semua pergumulan batin terjadi di dalam diri seseorang. Intinya, seseorang tidak bisa “dipaksa” untuk menjadi berani, jika hati nurani orang tersebut tunduk pada rasa takut. Jika dipaksapun orang mungkin akan bertindak “seperti” berani, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Begitu faktor atau orang yang memaksanya untuk berani, pergi, maka ia akan menarik diri dan kembali ke kondisi semula: takut. Keberanian diri bisa ditumbuhkan dari berbagai sumber, misalnya: dari kemarahan, ketidakpuasan, kesulitan, tekanan dan kegagalan.
Einstein, ilmuwan genius, ternyata berkali-kali gagal berbagai eksperimen ilmiahnya. Kegagalan-kegagalannya ini membuat Einstein penasaran, sehingga ia terus mencoba sampai akhirnya ia berhasil melahirkan teori relativitasnya yang fenomenal. Lance Armstrong, pebalap sepeda internasional, marah ketika mendengar vonis dokter akan penyakit kanker testis yang dideritanya. Penyakitnya ini membuat Armstrong tidak bisa lagi berprestasi merebut medali. Kemarahan Armstrong menumbuhkan keberanian luar biasa untuk melawan penyakit kanker yang mematikan tersebut. Ia berjuang dengan sengit untuk mematahkan penyakit yang merongrongnya. Hasilnya: setelah beberapa tahun mundur dari arena pertandingan internasional untuk mengalami perawatan intensif, dan berlatih lagi, Armstrong berhasil meraih medali di beberapa pertandingan tingkat dunia.
Dari Luar. Selain dari diri sendiri, keberanian juga bisa datang dari luar kita: dari kondisi sekitar kita, ataupun dari orang lain. Conrad Hilton, J.W Mariott Jr, dan Robert T Kiyosakhi mendapat keberanian untuk memulai usaha sendiri dari orang tua mereka yang juga adalah pengusaha. Jadi, orang tua memegang peranan penting dalam menumbuhkan keberanian pada anak-anak mereka untuk bertindak. Robert T Kiyoskhi, John C Maxwell, Norman Vincent Peale dan Zig Ziglar telah menumbuhkan keberanian bagi banyak orang untuk meraih mimpi dan menggapai sukses melalui buku-buku yang mereka tulis.
Para pemimpin perjuangan bangsa seperti Aung San Suu Kyi, Nelson Mandela, Tjut Njak Dhien dan Bung Tomo telah berhasil menularkan keberanian mereka melawan ketidakadilan dan penindasan, kepada para pengikut mereka melalui ucapan dan tindakan mereka. Sedangkan Helen Keller mendapat keberanian yang luar biasa dari dukungan orang-orang di sekitarnya: orang tua, teman, dan terutama sang guru, Ann Sulivan, yang senantiasa memompakan semangat kepada Helen untuk belajar mengalahkan rasa takutnya akan keterbatasan fisik yang diderita.

BAGAIMANA MENUMBUHKAN KEBERANIAN?


Rickenbacker, wakil presiden Eastern Airline, yang juga adalah mantan pilot pesawat tempur Amerika Serikat yang telah berhasil selamat dari 134 pertempuran dan menjatuhkan 26 pesawat tempur musuh, mengatakan bahwa keberanian adalah melakukan apa yang kita takutkan. Jadi, bagaimana menumbuhkan keberanian tersebut?
Mengendalikan Diri. Keberanian bukanlah semata-mata kenekatan buta ataupun ketiadaan rasa takut. Keberanian adalah kemampuan mengelola risiko dan mengendalikan rasa takut tersebut. Jadi, sebenarnya, keberanian berawal dari rasa takut. Rasa takut yang berhasil dikendalikan dapat diubah menjadi keberanian. Jelaslah bahwa kuncinya di sini adalah: kendali diri. Sebagai manusia, wajar saja jika kita mengalami rasa takut ketika kita jatuh, gagal, mengalami masalah, ataupun ketidakadilan. Tetapi, seorang pemimpin besar, orang yang sukses, tidak berhenti pada rasa takut tersebut. Ketika mereka takut, mereka tidak lari dari rasa takut, melainkan menghadapi rasa takut itu sendiri.
Mereka mencoba mengenali rasa takut tersebut, dengan menganalisis sumber rasa takut itu. Setelah sumber rasa takut berhasil diidentifikasi, mereka mengendalikan rasa takut tersebut dan mengubahnya menjadi keberanian yang luar biasa. Jika rasa takut berasal dari fakta bahwa mereka harus berjuang sendiri, maka mereka akan mencoba menggalang dukungan sehingga rasa takut itu pun pergi. Jika ternyata rasa takut datang dari ketidakmampuan atau kekurangan keterampilan, maka mereka akan belajar keterampilan yang kurang tersebut, sehingga rasa takut itu berhasil diatasi.
Fokus pada Tujuan. Dalam memasuki daerah yang belum kita kenal ataupun melakukan sesuatu yang baru, yang belum kita ketahui hasilnya, wajar saja jika rasa takut muncul. Tapi, jika kita tetap fokus pada tujuan ataupun mimpi yang kita raih, halangan sebesar gunung pun dapat kita kalahkan. Misalnya saja kita telah bertekat untuk mendaki ke menuju puncak gunung. Sepanjang perjalanan, pasti akan ada kerikil yang harus diinjak, lembah yang harus dilalui, sungai yang harus diseberangi.
Jika kita fokus pada tujuan mencapai puncak gunung, maka apa pun yang harus kita lalui, kita tidak takut, karena kita tahu bahwa memang kendala-kendala itulah yang akan kita temui dan harus kita lalui sebelum mencapai puncak. Setelah mencapai puncak, kita juga tahu bahwa kita akan menikmati “reward” yang luar biasa yang mengalahkan segala kesulitan yang harus kita hadapi: udara yang sejuk, pemandangan yang spektakuler serta perasaan puas telah mengalahkan segala tantangan. Demikian pula dalam hidup kita. Dalam perjalanan menuju sukses, pastilah berbagai kendala harus kita hadapi. Tetapi dengan memfokuskan diri pada hasil akhir, kendala jadi bukan halangan lagi, karena kita tahu kendala itu adalah bagian dari perjalanan kita, yang harus kita hadapi.
Menggalang Dukungan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Artinya kesulitan apa pun yang kita alami, jika kita dapat berbagi rasa dengan orang lain, maka akan terasa lebih ringan. Semua orang yang telah meraih sukses, pasti tidak melakukannya sendirian. Mereka memiliki para pendukung setia yang memberi dukungan kepada mereka ketika mereka gagal dan mengalami kesulitan. Bagaimana mungkin Jendral Besar Soedirman menjatuhkan perlawanan musuh di Jogyakarta tanpa bantuan para prajurit setia yang mendukungnya. Begitu pula dengan Jack Welch, pemimpin bisnis legendaris dari GE. Ia tidak mungkin menjalankan roda perusahaan sendirian dan menggulirkan perubahan dalam perusahaan sendirian, jika tidak didukung oleh para top management dan karyawannya. Hal yang serupa juga dialami oleh Sam Walton dari Walmart menggalang dukungan karyawan dan konsumen dalam mensukseskan bis-nis retailnya. Sedangkan, Walt Disney berhasil meraih sukses karena menggalang beberapa perusahaan yang diraih sebagai mitra untuk bersama-sama menumbuhkan keberanian guna mengambil risiko yang diperlukan untuk melancarkan roda bisnisnya.
Melakukan Persiapan. Ketakutan muncul karena ketidaktahuan. Jadi, agar kita lebih mengenal medan yang akan kita lalui, kita perlu mengadakan persiapan untuk mengenal medan tersebut dan mengantisipasi kendala-kendala yang akan kita temui. Misalnya saja kita ingin memulai usaha sendiri, tapi kita belum memiliki dana, keterampilan, serta pengalaman yang cukup untuk memulai. Untuk itu, kita perlu melakukan persiapan seperlunya, yaitu: mempelajari keterampilan yang diperlukan (belajar sendiri, ikut kursus, ikut pendidikan khusus, ataupun belajar langsung dari orang lain), bekerja di perusahaan orang lain yang sejenis untuk memperoleh pengalaman bisnis, dan menabung untuk menggalang modal dasar memulai bisnis. Jika hasil tabungan ternyata belum cukup, kita bisa mencoba mencari investor yang mau menginvestasikan sejumlah dana pada usaha kita (untuk itu kita perlu menyusun proposal yang meyakinkan). Seandainya kita tidak tahu bagaimana menyusun proposal, kita bisa belajar dengan membaca buku-buku referensi terkait, bertanya kepada dan belajar dari teman-teman yang sudah berhasil.
Tanpa keberanian tak akan ada tindakan. Tanpa keberanian tak akan ada perubahan. Tanpa keberanian tak akan ada masa depan. Tanpa keberanian tak akan ada mimpi yang bisa diraih. Jadi, jika Anda ingin berubah, ingin memperbaiki nasib, ataupun ingin meraih mimpi, Anda perlu keberanian. Pertanyaannya sekarang: sudahkan Anda memiliki keberanian tersebut?


sumber

Comments

  1. tukar title post ni,
    daripada "Berani Atau Mati?"

    kepada

    BERANI MATI


    mesti best

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lirik | KeredhaanMu (In-Team)

Kepentingan Niat yang Jelas.

Pulang dan Kembali.